Untuk mengisi kekosongan waktu,
hari ini bang ahid mau posting tentang sejarah – sejarah atau asal – usul yang
ada dikota pati. Silahkan dibaca.
Raden Kembangiaya adalah seorang pemuda yang tampan dan gagah.
Walaupun usianya masih tergolong muda, dijuluki ahli pertapa karena mempunyai
kesaktian yang luar biasa. Raden Kembangjaya mempunyai saudara dua yaitu
Prameswari Kadipaten Carangsoka dan Raden Sukmayana di Majasemi.
Keseharian, waktunya dihabiskan untuk menuntut ilmu di
wilayah Bantengan Trangkil. Menjelang usia remaja ia berlatih ilmu kanuragan
dan olah keprajuritan. Raden Kembangjaya sangat trampil dan cekatan menggunakan
berbagai jenis senjata perang.
Adipati Yudapati telah kembali ke Paranggaruda dengan hati yang
terluka dan perasaan dendam. Perlakuan terhadap Pangeran Josari tidak dapat
diterima begitu saja. Ia tetap menyalahkan Ki Dalang Sapanyana sebagai penyebabnya.
Meskipun hati kecil Adipati Yudapati mengakui bahwa Ki
Dalang Sapanyana hanya membela diri. Namun, tetap merasa tidak puas
sebelum menghukum Ki Dalang Sapanyana.
Kepada Adipati Puspahandungiaya, Adipati Yudapati telah memohon
agar menangkap Ki Dalang Sapanyana dan mengirimkannya ke Paranggaruda untuk
diadili dan dihukum. Permohonan itu seperti tidak diindahkan oleh Adipati
Puspahandungiaya sehingga seolah-olah melindungi Ki Dalang Sapanyana. Hal itu
membuat hati Adipati Yudapati sangat sakit dan murka, timbul niat untuk
menggempur Carangsoka dengan mengerahkan
semua prajurit Paranggaruda.
semua prajurit Paranggaruda.
Adipati Yudapati lalu menyiapkan semua prajurit,miepersenjatai
dengan selengkap mungkin. Ia menyusun rencana untuk melaksanakan penggempuran
besar-besaran dari berbagai arah ke pusat Carangsoka.
Para telik sandi telah melaporkan bahwa di Paranggaruda tengah
al digalang persiapan untuk menggempur Carangsoka. Adipati Yudapati telah
menyiapkan para prajuritnya. Bahkan telah pula memanggil jago-jago bayaran yang
berdarah dingin untuk membunuh.
Adipati Puspahandungjaya kemudian meningkatkan kewaspadaan dan
menyusun kekuatan untuk menanggulangi gempuran dari Paranggaruda. Ia telah
memanggil Senopati Kembangjaya, merundingkan taktik menghadap gempuran itu.
Adipati menerima usul Senopati Kembangjaya dan segera
memerintahkan untuk menyusul Raden Sukmayana di pertapaan Telamaya di
kawasan Gunung Muria.
Siapapun di Carangsoka mengenal betul Raden Sukmayana, kakak
Senopati Kembangjaya.
Raden Sukmayana adalah seorang pendekar sakti, memiliki beberapa benda pusaka yang
ampuh antara lain Kuluk Kanigara dan keris Rambut Pinutung.
Raden Sukmayana adalah seorang pendekar sakti, memiliki beberapa benda pusaka yang
ampuh antara lain Kuluk Kanigara dan keris Rambut Pinutung.
Raden Sukmayana telah bergabung dengan Carangsoka. Para prajurit
Carangsoka menjadi
bergairah. Semangat tempurnya menjadi membara. Adipati Yudapati dan para prajuritnya
yang dibantu jago-jago bayaran tiba. Para prajurit Carangsoka menyambutnya tanpa gentar.
bergairah. Semangat tempurnya menjadi membara. Adipati Yudapati dan para prajuritnya
yang dibantu jago-jago bayaran tiba. Para prajurit Carangsoka menyambutnya tanpa gentar.
Senopati Kembangjaya, Raden Sukmayana, dan Ki Dalang
Sapanyana merupakan tiga serangkai yang berhasil mengobarkan semangat tempur
para prajuritnya.
Adipati Yudapati memimpin langsung para prajurit, dan segera
memerintahkan penggempuran.
Prajurit-prajurit Paranggaruda bergerak dari
berbagai arah berlapis-lapis. Pada mulanya mereka tidak melihat adanya
pertahanan yang kuat dari pihak Carangsoka, sangat
leluasa memasuki kawasan Carangsoka. Namun, ketika telah
memasuki bagian dalam. Mereka sangat terkejut. Para prajurit
Carangsoka ternyata telah bersiaga penuh dan memberikan perlawanan.
Pertempuran tak terelakkan dan berlangsung sangat seru. Adu
kekuatan dua kelompok besar yang tampak seimbang, saling menikam,
menusuk membacok, dan saling memanah. Jerit
perempuan bergema nyaring, bergalau dengan suara benturan senjata.
Ringkikan kuda berbaur semakin membisingkan suasana.
Adipati Yudapati telah mengatur taktik bergelombang, di mana
para prajuritnya membentuk beberapa kelompok besar. Setiap kelompok
mendesak dan menggempur tempat-tempat yang diduga lemah pertahanannya.
Ternyata pihak Carangsoka telah bersiaga di setiap sudut. Setiap
desakan dan gempuran prajurit Paranggaruda dapat ditangkis bahkan
dipukul.
Senopati Kembangjaya memimpin pasukan membangun
kekuatan di bagian pusat Carangsoka. Dengan perkasa
mendesak serbuan prajurit Paranggaruda. Memukul mundur bahkan melumpuhkan
setiap serangan musuh dengan sangat telak. Korban pun berjatuhan dari pihak
Paranggaruda karena tidak sempat menyelamatkan diri.
Raden Sukmayana dibantu punggawa dan laskar pilihan menghadapi
para jago bayaran yang dikerahkan Paranggaruda. Mereka bertempur bagaikan banteng
kerasukan setan, memporak-porandakan para jago bayaran musuh. Bagaikan
seonggokbatu besar, menggilas tonggak-tonggak. Luluh lantah kekuatan para jago
bayaran musuh, dan terkurung dalam jepitan yang melumpuhkan. Satu
persatu para jago bayaran musuh roboh
bermandikan darah dengan senjata memanggang tubuhnya.
bermandikan darah dengan senjata memanggang tubuhnya.
Ki Dalang Sapanyana ternyata bukan pandai saja memainkan wayang,
tetapi mahir pula dalam bertempur. Dibantu para prajurit Carangsoka ia
mengamuk dengan dahsyat, memukul mundur para prajurit Paranggaruda.
Demikian dahsyat perlawanan dan pertahanan pihak Carangsoka
membuat nyali Adipati Yudapati dan para pembesar Paranggaruda menjadi c iut.
Prajurit Paranggaruda semakin terkurung dan terdesak. Jumlahnya semakin
menipis. Adipati Yudapati sangat pantang untuk menarik mundur prajuritnya.
Pertempuran berlangsung cukup lama. Korban berjatuhan dan
bergelimpangan. Sangat mengenaskan dan mengerikan, di kedua belah pihak. Korban
yang terbanyak adalah dari pihak prajurit Paranggaruda.
Ketika Adipati Yudapati menemui alalnya, dihujam beberapa tombak
dan pedang, prajurit Paranggaruda yang tersisa lalu menyerah.
Rakyat Carangsoka beserta prajurit yang telah berhasil
mengalahkan prajurit Paranggaruda, bersorak riuh dengan gegap gempita. Mereka
meneriakkan kemenangan dengan penuh rasa syukur. Adipati Puspahandungjaya
menitikkan air mata karena terharu dan bahagia.
Keadaan di Carangsoka telah pulih kembali seperti sedia kala.
Kehidupan berjalan dengan aman tenteram dan damai. Sebagai wujud
penghargaan atas keberhasilan Kembangjaya sebagai panglima perang, ia
dinobatkan sebagai Adipati Carangsoka serta memperistri Dewi Rayungwulan. Tak
berapa lama antara Carangsoka dan Paranggaruda disatukan Kembangjaya menjadi
Kadipaten Pesantenan.
Untuk mengatur pemerintahan yang wilayahnya semakin ke bagian
selatan, Adipati Raden Kembangjaya memindahkan pusat pemerintahannya dari
Carangsoka ke Desa Kemiri dan bergelar Adipati Jayakusuma di Pesantenan.
Dalam pemerintahan Adipati Jayakusuma, rasa keadilan betul-betul
diwujudkan. Rakyat yang menjadi korban akibat perang, baik dari Carangsoka
maupun Paranggaruda disantuni, para prajurit yang berjasa dinaikkan pangkatnya
dan diberi jabatan, serta tawanan musuh diampuni. Untuk lebih melancarkan roda
pemerintahan Adipati Jayakusuma mengangkat Dalang Sapanyana menjadi Patih di
Kadipaten Pesantenan dan bergelar Patih Singasari.
Adipati Jayakusuma hanya mempunyai seorang putra tunggal yaitu
Raden Tambra. Setelah ayahnya wafat, Raden Tambra diangkat menjadi Adipati
Pesantenan dengan gelar Adipati Tambranegara.
Dalam menjalankan tugas pemerintahan Adipati Tambranegara
bertindak bijaksana dan sangat memperhatikan nasib rakyatnya. Kehidupan rakyat
penuh kedamaian, ketenangan,
dan kesejahteraan meningkat.
dan kesejahteraan meningkat.
Untuk pengembangan pembangunan dan memajukan pemerintahan di
wilayahnya Adipati
Raden Tambranegara memindahkan pusat pemerintahan Kadipaten Pesantenan yang semula berada di Desa Kemiri dipindah menuju kearah barat di Desa Kaborongan. Nama Kadipaten Pesantenan ganti menjadi Kadipaten Pati.
Raden Tambranegara memindahkan pusat pemerintahan Kadipaten Pesantenan yang semula berada di Desa Kemiri dipindah menuju kearah barat di Desa Kaborongan. Nama Kadipaten Pesantenan ganti menjadi Kadipaten Pati.
Adipati Tambranegara berputra tunggal yaitu Raden Tanda, kelak
setelah mangganti kedudukan ayahnya sebagai penguasa Kadipaten Pati
bergelar Adipati Tandanegara. Adipati Tandanegara dalam memimpin Kadipaten Pati
seperti ayahnya yaitu arif, bijaksana, penuh dan wibawa. Adipati Tandanegara
tidak berputra. Setelah wafat kekuasaan di Kadipaten Pati diteruskan oleh para
penggede yaitu: Ki Gede Jiwanala, Ki Gede Ragawangsa, Ki Gede Plangitan, dan Ki
Gede Jambean.
Para penggede yang meneruskan pemerintahan di Kadipaten Pati
dapat menjalankan tugas dengan baik. Antara penggede yang satu dengan yang lain
bisa hidup rukun, saling membantu dalam segala bidang sehingga rasa aman dapat
terwujud dan dinikmati oleh seluruh rakyat Pati.
0 komentar:
Posting Komentar