Di Eropa, sepakbola sudah menjadi industri yang
sangat menguntungkan. Klub-klub sepakbola Eropa seperti Juventus, Manchester
United, Real Madrid, dan lain-lain sudah menjadikan olahraga ini sebagai ladang
uang yang sangat menguntungkan. Salah satu faktor paling penting di sepakbola
Eropa adalah suporternya. Klub sepakbola Eropa bisa mendapatkan keuntungan dari
penjualan tiket dan seragam klub oleh para suporternya.
Berbanding terbalik di Indonesia, suporter di
Indonesia justru di vonis memperburuk citra sepakbola dan dianggap problem
bangsa. Tindak kekerasan, kerusuhan, dan jatuhnya korban baik luka dan tewas
merupakan citra buruk yang melekat pada suporter sepakbola Indinesia.
Hadirnya kelompok suporter atraktif yang dirintis oleh Aremania (PS Arema) dan kemudian Pasoepati (Solo) yang juga menularkan ke daerah-daerah lain di Indonesia seperti Sleman (Slemania), Jakcmania (Jakarta), Macz Man (Makassar),dll menjadi fenomena baru bagi industri perkembangan suporter Indonesia.
Hadirnya kelompok suporter atraktif yang dirintis oleh Aremania (PS Arema) dan kemudian Pasoepati (Solo) yang juga menularkan ke daerah-daerah lain di Indonesia seperti Sleman (Slemania), Jakcmania (Jakarta), Macz Man (Makassar),dll menjadi fenomena baru bagi industri perkembangan suporter Indonesia.
Yang menarik di Indonesia ada seperti sebuah
pengkotak-kotakan suporter. Blok pertama di wakili dengan Aremania, Pasoepati,
The Jak. Sedangkan Blok lainnya adalah Bonek, Viking, Sakeramania. Suka atau
tidak memang demikianlah sebenarnya peta persuporteran Indonesia dan ini
membuat setidaknya stagnasi dalam persepakbolaan kita. Misalnya Bonek
bertandang ke Jogja, maka secara Geografis dia akan melewati Solo yang notabene
merupakan “kongsi” Aremania dan The Jak yang secara tidak langsung potensi
kerusuhan ada.Lalu bagaimana dengan Brajamusti (Jogja) dengan Pasoepati (Solo)?
Peristiwa memerahkan mandala krida yang berbuntut hancurnya mobil-mobil yang
ber Plat AD dan juga kerusuhan ketika PSIM bertanding di Manahan membuat
hubungan kedua organisasi suporter yang sebenarnya punya keterikatan budaya ini
menjadi tidak akur. Ada saling dendam yang sampai sekarang belum
terdamaikan.Berangkat dari permusuhan Brajamusti (Jogja) dan Pasoepati (Solo)
yang seharusnya bersaudara karena keterikatan budaya ini membuat peneliti ingin
melakukan kajian akademis tentang konflik dan steoritipe multikultur kedua
suporter tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar