Kamis, 01 Maret 2012

"Apa Pentingnya Nama Dibelakang Baju Itu"


Jika Anda membuka website saya ini dan memasuki halaman profil, maka di bagian bawah halaman tersebut akan terdapat sebuah tulisan seperti di bawah ini:

"Bagi pemain-pemain junior "JANGAN PERNAH BERHENTI UNTUK BERMIMPI" karena mungkin suatu saat nanti, mimpi kalian akan menjadi kenyataan. Keyakinan, kerja keras dan di sertai dengan doa, akan membantu kalian untuk mewujudkan mimpi tersebut. Mungkin saat ini, kami para pemain senior yang membela nama Bangsa dan Negara. Akan tetapi bisa jadi suatu saat nanti, kalian yang akan menggantikan kami dalam berjuang mengenakan seragam Merah-Putih. Karena tim nasional itu adalah milik seluruh rakyat Indonesia. Siapapun mempunyai hak dan kewajiban untuk membela negaranya, tentunya sesuai dengan kemampuan dan kriteria-kriteria yang berlaku. Oleh karena itu persiapkan diri kalian sebaik mungkin.."

Jika Anda membaca pendahuluan diatas, maka sangat jelas jika pembahasan saya dalam artikel kali ini adalah mengenai tim nasional Indonesia yang kita sama-sama cintai dan banggakan..

Seperti yang kita ketahui, tim nasional Indonesia kebanggan kita akan menjalani partai terakhir penyisihan Piala Dunia 2014 melawan Bahrain, pada tgl 29 Februari mendatang di AL Manama, Bahrain. Dualisme liga yang tengah terjadi saat ini membuat pemain-pemain yang berlaga di Liga yang tidak diakui oleh PSSI atau Liga Super Indonesia, tidak lagi dapat memperkuat tim nasional Indonesia. Padahal seperti yang kita ketahui bersama, jika boleh di katakan 90% dari anggota skuad tim nasional Pra Piala Dunia 2014 adalah pemain-pemain yang saat ini berlaga di Liga Super Indonesia. Kenyataan tersebut, membuat hal ini menjadi sangat menarik untuk dibahas. Karena tanpa 90 % kerangka utama, maka sudah dapat dipastikan jika tim nasional akan tampil dengan muka-muka baru di laga terakhir Pra Piala Dunia tersebut..

Bukan Indonesia namanya jika segala sesuatunya tidak mengundang perdebatan panjang. Negara kita ini kan negara yang sangat suka berdebat, dari mulai hal yang remeh-temeh hinggalah sesuatu yang besar, semua harus melalui mekanisme perdebatan yang berlarut-larut. Sehingga tanpa kita sadari, mau tidak mau dan suka tidak suka hal tersebutlah yang membuat negara kita sering kali tertinggal beberapa langkah dari negara-negara lain.

Saat negara lain sudah mulai berangkat bekerja, kita masih saja berdebat mengenai baju apa yang sekiranya cocok untuk dipakai ke kantor. Saat negara lain sudah mulai berlari, kita masih asik berdebat mengenai sepatu apa yang kira-kira paling pas digunakan untuk berlari. Saat negara kita tengah panas-panasnya memperdebatkan mobil Esemka, maka tanpa kita sadari negara-negara yang lain sudah mulai menyiapkan landasan untuk berangkat terbang ke bulan..

Para pendiri negara ini dahulu memang meletakkan "Musyawarah Mufakat" sebagai landasan dalam membangun Republik Indonesia tercinta ini, akan tetapi bukan yang seperti ini. Dalam hal ini, saya tidak sedang mencoba untuk tidak setuju dengan para pendahulu kita, karena meletakkan budaya musyawarah Mufakat tersebut. Akan tetapi dahulu, para pendiri Republik ini membawa segala perbedaan pendapat ke dalam sebuah forum musyawarah, yang pada akhirnya selalu dapat menghasilkan sebuah keputusan mufakat. Dimana keputusan tersebut dapat mewakili setiap golongan yang berdebat, sehingga semua pihak dapat menghargai dan menghormatinya..

Sedang pada kenyataannya perdebatan-perdebatan yang berkembang saat ini, lebih pada sebuah adu argumentasi yang tidak berpresisi, disertai dengan arogansi serta penuh dengan gejolak rasa emosi. Hal tersebut membuat segala perbedaan pendapat tersebut menjadi semakin parah, tak terarah, tak lagi lumrah dan pada akhirnya membuat semuanya menjadi semakin terpecah belah..

Seperti yang saya sampaikan dalam artikel "Generasi Ompong - Januari 2012" bahwa:

"Media-media di Republik kita tercinta ini teramat sangat provokative akhir-akhir ini, banyak orang-orang berpengaruh negeri ini yang menggunakan media baik televisi, online maupun cetak dengan untuk menancapkan pengaruhnya kepada masyarakat dan terkadang juga untuk menjatuhkan para pesaingnya.."

Seperti juga saat ini, kenyataan diatas membuat media-media yang berbasis dua kutub yang berseterupun mulai memancing di air keruh, dengan berusaha untuk mempengaruhi opini publik. Ada yang menulis "Menghadapi Bahrain tanpa para pemain yang bermain di Liga Super Indonesia, peluang Indonesia sangatlah berat" atau "Apa yang dapat tim nasional lakukan tanpa pemain-pemain yang saat ini berlaga di Liga Super Indonesia..??" dari kalimatnya saja tentu kita sudah tahu berasal dari kutub yang mana berita ini dihembuskan..

Disisi lain juga terdapat pembahasan yang berisi demikian, "Apasih yang sudah di persembahkan pemain-pemain Liga Super Indonesia untuk tim nasional Indonesia..?? buktinya lemari trophy tim nasional masih kosong" atau "Saatnya membentuk tim nasional yang baru, dengan memotong generasi yang selama ini telah gagal", dan tentu dari kasat matapun kita juga akan tahu, jika pembahasan ini berasal dari kutub yang berseberangan..

Apakah ada yang salah dengan dua pembahasan yang sangat bertolak belakang diatas..?? Tentu tidak ada. Harus kita akui bersama, jika kualitas pemain-pemain lokal yang berlaga di Liga Super Indonesia, memang sedikit lebih baik dari pemain-pemain lokal yang berlaga di Liga Premier Indonesia. Itu terbukti dari anggota skuad tim nasional Indonesia baik Pra Piala Dunia 2014 maupun SEA Games 2011, 90% berasal dari tim-tim yang berlaga di sana Liga Super Indonesia. Ini adalah fakta..

Pembahasan yang kedua juga tidak salah sama sekali, terlepas dari memang pemain-pemain dari Liga Super Indonesia sedikit lebih baik. Akan tetapi apakah ada jaminan jika tim nasional yang beranggotakan para pemain Liga Super Indonesia akan sukses..?? Buktinya tidak ada satu gelar prestisius-pun yang mampir ke lemari trophy tim nasional. Hal tersebut jugalah sebuah fakta..

Akan tetapi terlepas dari dua pembahasan diatas yang memang benar adanya, apakah tidak sebaiknya jika awak media kita dapat menyajikan sebuah pembahasan atau berita mengenai tim nasional yang lebih arif dan bijaksana kepada masyarakat. Sebuah pembahasan yang pada akhirnya dapat memberikan efek mempersatukan, bukan malah sebaliknya memecah-belah..

Sejujurnya menurut pandangan saya pribadi, sebagai pemain dan juga mantan anggota tim nasional Indonesia. Terdapat sisi negatif dan sisi positif nya masing-masing, jika nantinya tim nasional Indonesia tampil dengan para pemain yang saat ini berlaga di Liga Premier Indonesia dan meninggalkan pemain-pemain yang berlaga di Liga Super Indonesia..

Sisi negatifnya adalah:

Sebagai tim yang baru dibentuk dan tentunya jarang sekali berkumpul bersama. Tim ini akan sedikit mengalami kesulitan dalam hal adaptasi. Baik adaptasi dengan pelatih tim nasional, sesama pemain dan juga tentu terhadap strategi apa yang akan dijalankan dalam pertempuran nanti. Kurangnya jam terbang yang dimiliki para pemain baru tersebut, mau tidak mau akan berpengaruh pada mental bertanding mereka. Apalagi mengingat atmosphere pertandingan di level international, sangat jauh berbeda dengan kompetisi di dalam negeri, apalagi partai ini akan dilangsungkan dikandang lawan. Keadaan persepakbolaan Indonesia yang tengah mengalami gejolak dan perpecahan seperti saat ini, tidak dapat dipungkiri juga akan menambah beban seluruh anggota tim nasional..

Sisi positifnya adalah:

Dengan hilangnya 90% kerangka tim nasional yang lama, maka sudah pasti banyak pemain yang selama ini terpinggirkan akan mendapat kesempatan untuk unjuk kebolehan. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan banyak pemain yang menjalani debut international berbaju Merah-Putih saat melawan Bahrain nanti. Pemain-pemain tersebut biasanya akan memiliki motivasi yang berlipat ganda, karena di dalam hati mereka akan ada perasaan ingin membuktikan kepada masyarakat luas, bahwasanya mereka juga layak bermain atas nama Bangsa dan Negara. Hal tersebut jelas sebuah signal yang sangat positif. Karena dalam banyak kesempatan, kurangnya jam terbang dapat tertutupi oleh besarnya motivasi dan semangat juang yang tinggi dari para pemain itu sendiri..

Siapa yang berani menjamin tim nasional akan mendapatkan hasil yang bagus jika di perkuat pemain-pemain yang bermain di Liga Super Indonesia. Bukankah saat di perkuat para pemain Liga Super Indonesia kita kalah 0:2 dari Bahrain di Jakarta. Di sisi yang lain jangan juga berpikir terlalu sempit, dalam hal ini jika tim nasional tampil dengan pemain-pemain Liga Premier Indonesia, maka tim nasional pasti atau harus memetik hasil maksimal di AL Manama 29 februari nanti, tentu tidak bisa juga demikian..

Yang ingin saya tekankan disini adalah, keadaan yang menimpa dunia persepakbolaan negeri kita saat ini, adalah efek domino dari perseteruan para elite penguasa sepakbola Indonesia yang sama-sama keras kepala, sama-sama merasa paling benar, sama-sama merasa paling berhak dan juga sama-sama merasa paling mendapatkan dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia..

Saya yakin dari dalam lubuk hati yang paling dalam para pemain, pelatih, wasit dan juga para perangkat pertandingan, baik yang di bawah naungan Liga Super Indonesia maupun Liga Premier Indonesia, tidak sedikitpun ada yang menginginkan dualisme liga seperti ini terjadi. Karena sejujurnya dalam keadaan yang serba tidak menentu seperti saat ini, kami adalah pihak-pihak yang paling di buat kebingungan. Kami adalah korban dari segala intrik politik yang tengah hebat berlangsung saat ini..

Sampai saat dimana saya menulis artikel ini, masih terjadi perdebatan yang sangat panas antara boleh atau tidaknya para pemain yang berlaga di Liga Super Indonesia membela panji Merah-Putih. Ada pihak-pihak yang bersikeras menyatakan "Boleh", setidaknya sampai menunggu batas waktu yang diberikan AFC dan FIFA untuk melakukan rekonsiliasi, pada akhir bulan Maret nanti. Di sisi lain ada juga pihak yang bersikukuh untuk "Melarang" para pemain Liga Super Indonesia untuk membela tim nasional, mereka menggunakan surat FIFA yang di tujukan kepada PSSI pada bulan Desember yang lalu sebagai acuan..

Satu hal yang ingin saya garis bawahi disini adalah. Berada di pihak manapun Anda-Anda sekalian, jangan pernah mengurangi kecintaan dan dukungan Anda terhadap tim nasional Indonesia. Sejatinya kami semua juga tidak ingin terpecah belah seperti apa yang terjadi saat ini. Oleh karena itu, bermaterikan siapapun dan berasal dari liga manapun pemain-pemain tim nasional kita nantinya, maka sudah seyogyanya kita dukung dengan segenap hati dan jiwa kita...

"Nama di belakang baju itu bisa siapa saja, warna bajunya juga bisa apa saja, tapi satu yang pasti lambangnya kan tetap sama, yaitu Burung Garuda.."

Artinya siapapun nama di belakangnya, menggunakan baju warna apa saja, selama memakai lambang garuda dan bernama tim nasional Indonesia, ya wajib hukumnya untuk kita dukung bersama. Karena walau bagaimanapun, mereka adalah duta-duta bangsa yang tengah memperjuangkan harkat dan martabat persepakbolaan Indonesia..

Apapun hasil yang di raih tim nasional Indonesia ketika berhadapan dengan Bahrain nanti, mereka akan tetap mendapatkan hormat dan apresiasi tertinggi dari saya pribadi dan sudah barang tentu juga seluruh pecinta tim nasional di Republik ini. Tidak akan mudah menjadi mereka di saat-saat seperti ini, di tengah segala pertikaian politik yang tidak seharusnya terjadi dalam arena sepakbola Indonesia, mereka berdiri untuk memikul tanggung jawab yang sangat berat...

Dan untuk itu saya angkat topi setinggi-tingginya.. Salute..!!

NB: Bagi Anda sekalian pecinta sepakbola Indonesia yang kebetulan pro kepada Liga Premier Indonesia, dan selama ini berpikir jika saya beserta tulisan-tulisan saya beraliran status quo, boleh kok kalo mau ikutan menyebarkan tulisan saya ini.. #ehem

0 komentar: