Jika
Anda membuka website saya ini dan memasuki halaman profil, maka di bagian bawah
halaman tersebut akan terdapat sebuah tulisan seperti di bawah ini:
"Bagi
pemain-pemain junior "JANGAN PERNAH BERHENTI UNTUK BERMIMPI"
karena mungkin suatu saat nanti, mimpi kalian akan menjadi kenyataan.
Keyakinan, kerja keras dan di sertai dengan doa, akan membantu kalian untuk
mewujudkan mimpi tersebut. Mungkin saat ini, kami para pemain senior yang
membela nama Bangsa dan Negara. Akan tetapi bisa jadi suatu saat nanti, kalian
yang akan menggantikan kami dalam berjuang mengenakan seragam Merah-Putih.
Karena tim nasional itu adalah milik seluruh rakyat Indonesia. Siapapun
mempunyai hak dan kewajiban untuk membela negaranya, tentunya sesuai dengan
kemampuan dan kriteria-kriteria yang berlaku. Oleh karena itu persiapkan diri
kalian sebaik mungkin.."
Jika
Anda membaca pendahuluan diatas, maka sangat jelas jika pembahasan saya dalam
artikel kali ini adalah mengenai tim nasional Indonesia yang kita sama-sama
cintai dan banggakan..
Seperti
yang kita ketahui, tim nasional Indonesia kebanggan kita akan menjalani partai
terakhir penyisihan Piala Dunia 2014 melawan Bahrain, pada tgl 29 Februari
mendatang di AL Manama, Bahrain. Dualisme liga yang tengah terjadi saat ini
membuat pemain-pemain yang berlaga di Liga yang tidak diakui oleh PSSI atau
Liga Super Indonesia, tidak lagi dapat memperkuat tim nasional Indonesia.
Padahal seperti yang kita ketahui bersama, jika boleh di katakan 90% dari
anggota skuad tim nasional Pra Piala Dunia 2014 adalah pemain-pemain yang saat
ini berlaga di Liga Super Indonesia. Kenyataan tersebut, membuat hal ini
menjadi sangat menarik untuk dibahas. Karena tanpa 90 % kerangka utama, maka
sudah dapat dipastikan jika tim nasional akan tampil dengan muka-muka baru di
laga terakhir Pra Piala Dunia tersebut..
Bukan
Indonesia namanya jika segala sesuatunya tidak mengundang perdebatan panjang.
Negara kita ini kan negara yang sangat suka berdebat, dari mulai hal yang
remeh-temeh hinggalah sesuatu yang besar, semua harus melalui mekanisme
perdebatan yang berlarut-larut. Sehingga tanpa kita sadari, mau tidak mau dan
suka tidak suka hal tersebutlah yang membuat negara kita sering kali tertinggal
beberapa langkah dari negara-negara lain.
Saat
negara lain sudah mulai berangkat bekerja, kita masih saja berdebat mengenai
baju apa yang sekiranya cocok untuk dipakai ke kantor. Saat negara lain sudah
mulai berlari, kita masih asik berdebat mengenai sepatu apa yang
kira-kira paling pas digunakan untuk berlari. Saat negara kita tengah
panas-panasnya memperdebatkan mobil Esemka, maka tanpa kita sadari
negara-negara yang lain sudah mulai menyiapkan landasan untuk berangkat terbang
ke bulan..
Para
pendiri negara ini dahulu memang meletakkan "Musyawarah
Mufakat" sebagai landasan dalam membangun Republik Indonesia
tercinta ini, akan tetapi bukan yang seperti ini. Dalam hal ini, saya tidak
sedang mencoba untuk tidak setuju dengan para pendahulu kita, karena meletakkan
budaya musyawarah Mufakat tersebut. Akan tetapi dahulu, para pendiri Republik
ini membawa segala perbedaan pendapat ke dalam sebuah forum musyawarah, yang
pada akhirnya selalu dapat menghasilkan sebuah keputusan mufakat. Dimana
keputusan tersebut dapat mewakili setiap golongan yang berdebat, sehingga semua
pihak dapat menghargai dan menghormatinya..
Sedang
pada kenyataannya perdebatan-perdebatan yang berkembang saat ini, lebih pada
sebuah adu argumentasi yang tidak berpresisi, disertai dengan arogansi serta
penuh dengan gejolak rasa emosi. Hal tersebut membuat segala perbedaan
pendapat tersebut menjadi semakin parah, tak terarah, tak lagi lumrah dan
pada akhirnya membuat semuanya menjadi semakin terpecah belah..
Seperti
yang saya sampaikan dalam artikel "Generasi Ompong - Januari 2012"
bahwa:
"Media-media
di Republik kita tercinta ini teramat sangat provokative
akhir-akhir ini, banyak orang-orang berpengaruh negeri ini yang menggunakan
media baik televisi, online maupun cetak dengan untuk menancapkan pengaruhnya
kepada masyarakat dan terkadang juga untuk menjatuhkan para pesaingnya.."
Seperti
juga saat ini, kenyataan diatas membuat media-media yang berbasis dua kutub
yang berseterupun mulai memancing di air keruh, dengan berusaha untuk mempengaruhi
opini publik. Ada yang menulis "Menghadapi Bahrain tanpa para pemain
yang bermain di Liga Super Indonesia, peluang Indonesia sangatlah berat"
atau "Apa yang dapat tim nasional lakukan tanpa pemain-pemain yang
saat ini berlaga di Liga Super Indonesia..??" dari kalimatnya saja
tentu kita sudah tahu berasal dari kutub yang mana berita ini dihembuskan..
Disisi
lain juga terdapat pembahasan yang berisi demikian, "Apasih yang
sudah di persembahkan pemain-pemain Liga Super Indonesia untuk tim nasional Indonesia..??
buktinya lemari trophy tim nasional masih kosong" atau
"Saatnya membentuk tim nasional yang baru, dengan memotong generasi yang
selama ini telah gagal", dan tentu dari kasat matapun kita juga
akan tahu, jika pembahasan ini berasal dari kutub yang berseberangan..
Apakah ada yang salah dengan dua
pembahasan yang sangat bertolak belakang diatas..?? Tentu tidak ada. Harus
kita akui bersama, jika kualitas pemain-pemain lokal yang berlaga di Liga Super
Indonesia, memang sedikit lebih baik dari pemain-pemain lokal yang berlaga di
Liga Premier Indonesia. Itu terbukti dari anggota skuad tim nasional Indonesia
baik Pra Piala Dunia 2014 maupun SEA Games 2011, 90% berasal dari tim-tim yang
berlaga di sana Liga Super Indonesia. Ini adalah fakta..
Pembahasan
yang kedua juga tidak salah sama sekali, terlepas dari memang pemain-pemain
dari Liga Super Indonesia sedikit lebih baik. Akan tetapi apakah ada jaminan
jika tim nasional yang beranggotakan para pemain Liga Super Indonesia akan
sukses..?? Buktinya tidak ada satu gelar prestisius-pun yang mampir ke lemari
trophy tim nasional. Hal tersebut jugalah sebuah fakta..
Akan
tetapi terlepas dari dua pembahasan diatas yang memang benar adanya, apakah
tidak sebaiknya jika awak media kita dapat menyajikan sebuah pembahasan atau
berita mengenai tim nasional yang lebih arif dan bijaksana kepada masyarakat.
Sebuah pembahasan yang pada akhirnya dapat memberikan efek mempersatukan, bukan
malah sebaliknya memecah-belah..
Sejujurnya
menurut pandangan saya pribadi, sebagai pemain dan juga mantan anggota tim
nasional Indonesia. Terdapat sisi negatif dan sisi positif nya
masing-masing, jika nantinya tim nasional Indonesia tampil dengan para pemain
yang saat ini berlaga di Liga Premier Indonesia dan meninggalkan pemain-pemain
yang berlaga di Liga Super Indonesia..
Sisi negatifnya adalah:
Sebagai
tim yang baru dibentuk dan tentunya jarang sekali berkumpul bersama. Tim ini
akan sedikit mengalami kesulitan dalam hal adaptasi. Baik adaptasi dengan
pelatih tim nasional, sesama pemain dan juga tentu terhadap strategi apa yang
akan dijalankan dalam pertempuran nanti. Kurangnya jam terbang yang dimiliki
para pemain baru tersebut, mau tidak mau akan berpengaruh pada mental
bertanding mereka. Apalagi mengingat atmosphere pertandingan di level
international, sangat jauh berbeda dengan kompetisi di dalam negeri, apalagi
partai ini akan dilangsungkan dikandang lawan. Keadaan persepakbolaan Indonesia
yang tengah mengalami gejolak dan perpecahan seperti saat ini, tidak dapat
dipungkiri juga akan menambah beban seluruh anggota tim nasional..
Sisi positifnya adalah:
Dengan
hilangnya 90% kerangka tim nasional yang lama, maka sudah pasti banyak pemain
yang selama ini terpinggirkan akan mendapat kesempatan untuk unjuk kebolehan.
Bahkan tidak menutup kemungkinan akan banyak pemain yang menjalani debut
international berbaju Merah-Putih saat melawan Bahrain nanti. Pemain-pemain
tersebut biasanya akan memiliki motivasi yang berlipat ganda, karena di dalam hati
mereka akan ada perasaan ingin membuktikan kepada masyarakat luas, bahwasanya
mereka juga layak bermain atas nama Bangsa dan Negara. Hal tersebut jelas
sebuah signal yang sangat positif. Karena dalam banyak kesempatan, kurangnya
jam terbang dapat tertutupi oleh besarnya motivasi dan semangat juang yang
tinggi dari para pemain itu sendiri..
Siapa
yang berani menjamin tim nasional akan mendapatkan hasil yang bagus jika di
perkuat pemain-pemain yang bermain di Liga Super Indonesia. Bukankah saat di
perkuat para pemain Liga Super Indonesia kita kalah 0:2 dari Bahrain di
Jakarta. Di sisi yang lain jangan juga berpikir terlalu sempit, dalam hal ini
jika tim nasional tampil dengan pemain-pemain Liga Premier Indonesia, maka tim
nasional pasti atau harus memetik hasil maksimal di AL Manama 29 februari
nanti, tentu tidak bisa juga demikian..
Yang
ingin saya tekankan disini adalah, keadaan yang menimpa dunia persepakbolaan
negeri kita saat ini, adalah efek domino dari perseteruan para elite penguasa
sepakbola Indonesia yang sama-sama keras kepala, sama-sama merasa paling benar,
sama-sama merasa paling berhak dan juga sama-sama merasa paling mendapatkan
dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia..
Saya
yakin dari dalam lubuk hati yang paling dalam para pemain, pelatih, wasit dan
juga para perangkat pertandingan, baik yang di bawah naungan Liga Super
Indonesia maupun Liga Premier Indonesia, tidak sedikitpun ada yang menginginkan
dualisme liga seperti ini terjadi. Karena sejujurnya dalam keadaan yang
serba tidak menentu seperti saat ini, kami adalah pihak-pihak yang paling
di buat kebingungan. Kami adalah korban dari segala intrik politik yang tengah
hebat berlangsung saat ini..
Sampai
saat dimana saya menulis artikel ini, masih terjadi perdebatan yang sangat panas
antara boleh atau tidaknya para pemain yang berlaga di Liga Super Indonesia
membela panji Merah-Putih. Ada pihak-pihak yang bersikeras menyatakan "Boleh",
setidaknya sampai menunggu batas waktu yang diberikan AFC dan FIFA untuk
melakukan rekonsiliasi, pada akhir bulan Maret nanti. Di sisi lain ada juga
pihak yang bersikukuh untuk "Melarang" para pemain
Liga Super Indonesia untuk membela tim nasional, mereka menggunakan surat FIFA
yang di tujukan kepada PSSI pada bulan Desember yang lalu sebagai acuan..
Satu
hal yang ingin saya garis bawahi disini adalah. Berada di pihak manapun
Anda-Anda sekalian, jangan pernah mengurangi kecintaan dan dukungan Anda
terhadap tim nasional Indonesia. Sejatinya kami semua juga tidak ingin terpecah
belah seperti apa yang terjadi saat ini. Oleh karena itu, bermaterikan siapapun
dan berasal dari liga manapun pemain-pemain tim nasional kita nantinya,
maka sudah seyogyanya kita dukung dengan segenap hati dan jiwa
kita...
"Nama di belakang baju itu bisa
siapa saja, warna bajunya juga bisa apa saja, tapi satu yang pasti lambangnya
kan tetap sama, yaitu Burung Garuda.."
Artinya
siapapun nama di belakangnya, menggunakan baju warna apa saja, selama memakai
lambang garuda dan bernama tim nasional Indonesia, ya wajib hukumnya untuk kita
dukung bersama. Karena walau bagaimanapun, mereka adalah duta-duta bangsa yang
tengah memperjuangkan harkat dan martabat persepakbolaan Indonesia..
Apapun
hasil yang di raih tim nasional Indonesia ketika berhadapan dengan Bahrain
nanti, mereka akan tetap mendapatkan hormat dan apresiasi tertinggi dari saya
pribadi dan sudah barang tentu juga seluruh pecinta tim nasional di Republik
ini. Tidak akan mudah menjadi mereka di saat-saat seperti ini, di tengah segala
pertikaian politik yang tidak seharusnya terjadi dalam arena sepakbola
Indonesia, mereka berdiri untuk memikul tanggung jawab yang sangat berat...
Dan untuk itu saya angkat topi
setinggi-tingginya.. Salute..!!
NB: Bagi Anda sekalian pecinta
sepakbola Indonesia yang kebetulan pro kepada Liga Premier Indonesia, dan
selama ini berpikir jika saya beserta tulisan-tulisan saya beraliran status
quo, boleh kok kalo mau ikutan menyebarkan tulisan saya ini.. #ehem
0 komentar:
Posting Komentar